Persiapkan Generasi Alpha Unggul di Masa Depan

Era revolusi industri 4.0 memaksa kita untuk terus berkreasi, berinovasi, dan berkontribusi saat ini. Peran kita selaku generasi penerus seringkali dikaitkan dengan teknologi tinggi yang mempengaruhi segala tatanan kehidupan sehari-hari. Era “milenial” katanya, yang merupakan generasi produktif masa kini, suatu bentuk “label” yang mempengaruhi segala isi kepala di bumi ibu pertiwi. “Kita kan hidup di zaman milenial” begitulah kata si tua, si muda, dan anak-anak walau tidak mengerti apa artinya dan dari mana asal muasal nama milenial tersebut. 

Tidak ada yang salah, emang begitulah milenial, mental kelompok menjadi karakter pribadi. Tahu tidak tahu, penting tidak penting, sesuatu yang viral pasti diikuti. Mungkin bisa dibilang generasi milenial ini generasi ikut-ikutan, maka jangan heran jika sangat mudah menggiring opini pada generasi ini.

Bicara soal generasi, mari kita lihat sekilas tentang teori generasi yang diciptakan oleh Karl Manheim seorang sosiolog Jerman pada tahun 1928 melalui tulisannya yang berjudul “The Problem of Generations” atau masalah generasi. Menurut Manheim, setiap orang secara signifikan dipengaruhi oleh suatu kejadian, pengalaman, lingkungan, perubahan sosial serta konteks sejarah yang secara aktif melibatkan mereka pada masa atau periode tertentu yang kemudian mempengaruhi cara berpikir atau cara pandang dalam melihat sesuatu serta mempengaruhi tingkah laku. Oleh karena itu seseorang yang lahir pada tahun yang sama dan mengalami suatu kejadian atau sejarah yang sama, kemungkinan besar akan memiliki karakter yang sama pula.

Menurut teori, ada 5 generasi yang terbagi di masyarakat saat ini, yaitu generasi veteran, baby boomers, gen X, gen Y, dan Gen Z atau Gen Alpha. Jangan terlalu bingung untuk melihat di grup generasi mana anda sebetulnya berada, cukup lihat tahun lahirnya, karena setiap orang bertambah umur disetiap tahunnya.

Veteran, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1928 – 1945, yang tumbuh dan berkembang pada zaman kolonial atau penjajahan saat itu. Generasi ini seringkali dikaitkan dengan seseorang yang pekerja keras dan konserpatif (kuno). Namun mereka juga sering dihubungkan dengan depresi akibat pengalaman yang pernah mereka alami.

Baby Boomers, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1946-1964. Hidup setelah Indonesia merdeka. Terkenal dengan loyalitas dan dedikasi yang tinggi, dan agak sulit menerima kritikan.

Gen X, lahir tahun 1965-1980. Generasi ini sudah mengenal komputer, lebih dewasa dan fleksibel dan inovatif.

Gen Y (Millennials), lahir tahun 1981-1996. Tumbuh di lingkungan dengan teknologi, mulai mengenal Internet, social media, video game, dan handphone yang cukup canggih. Generasi ini lebih visioner, inovatif, terbuka, optimis, serta menghargai kebebasan dan keseimbangan hidup. Generasi ini sebagian besar masih duduk di bangku perkuliahan saat ini.

Gen Alpha (Gen Z), lahir tahun 1997 – 2012. Tumbuh di lingkungan digital, atau dikenal dengan Gen Tech, iGen, Gen Digital. Generasi ini lebih realistis, berkomunikasi dengan gambar dan video, dan cenderung menjadi creator dan kolaborator. Ada beberapa literatur menyebutkan bahwa Gen Z dan Gen Alpha ini terpisah dimana Gen Alpha lahir ditahun 2015an, namun ada juga yang menyebutkan Gen Z dan Gen Alpha ini sama karena tahun kelahiran yang sama. Yang jelas Gen alpha ini adalah anak dari generasi milenial atau gen X, atau cucunya dari gen baby boomers. Yang kira-kira saat ini mereka masih menempuh jenjang SD, SMP, dan SMA. Generasi ini lebih narsis, ketertarikan pada diri sendiri, kurang fokus, dan sedikit malas.

Perlu digarisbawahi bahwa lingkungan yang ada saat ini adalah hasil kreasi dari generasi sebelumnya. Sehingga mereka seharusnya bertanggungjawab atas masa depan generasi selanjutnya, khususnya generasi alpha. Namun apapun itu generasi alpha-lah yang akan menghadapi semua baik buruknya keadaan saat ini dan masa depan.

Ada beberapa poin yang perlu dipertimbangkan untuk mempersiapkan generasi alpha ini:

Pertama, era digital di revolusi industry 4.0 ini mengantarkan gen alpha ke dunia teknologi yang sangat erat kaitannya dengan sosial media khususnya facebook dan Instagram. Generasi ini sering pamer bahwa hidup itu begitu indah walau sebetulnya tidak, makan serba enak walau ambil foto orang lain. Stres jika ada seseorang unfollow IG atau unfriend FB nya. Hal ini menunjukkan generasi saat ini kepercayaan dirinya kurang dan mekanisme kopingnya lemah. Peran kita untuk meminta gen alpha ini tampil apa adanya dan lebih percaya diri dengan apa yang mereka dapat saat ini, dan mengajarkan mekanisme koping yang baik.

Kedua, kemungkinan besar gen alpha ini merupakan generasi pecandu handphone. Merasa nyaman dengan pegang handphone atau dapat likes yang banyak di FB yang merupakan efek dari kimia tubuh (dopamine) layak halnya seseorang yang kecanduan rokok. Sehari tanpa pegang handphone bisa stress dan depresi. Kita harus sebisa mungkin membatasi penggunaan HP untuk menghindari terjadinya kecanduan yang tinggi yang bakal mengakibatkan gangguan mental atau autis. Bermain HP (social media) tidak ada masalah, bermain HP yang berlebihan itu bermasalah. Sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik, konsep keseimbangan perlu diperhatikan.

Ketiga, era saat ini serba instan, mau makan tinggal go food, mau jalan tinggal gojek, mau cari pacar tinggal geser kanan di aplikasi pacaran (tinder, muzmatch). Kita perlu menekankan bahwa tidak semua yang terjadi didunia ini serba instan. Sukses itu tidak instan, membangun kepercayaan diri juga tidak instan, semua butuh proses. Kita harus mengajarkan kepada gen alpha ini konsep “sabar” serta soft skill lainnya.

Keempat, bagi orang tua untuk berhenti memanjakan anaknya atau gen alpha ini. Berhenti memberikan apa yang mereka mau, berhenti menyebut anak anda spesial walau sebetulnya nilai sekolahnya jelek, berhenti membela anaknya jika anaknya salah. Ingat, hal ini akan membuat stress dan depresi anak anda dimasa depan. Dunia kerja tidak seperti dunia yang ada di dalam rumah. Bos akan serta merta memecat anak anda jika kinerjanya jelek, teman-teman kerja pun dengan santai membuli anak anda jika malas. Hidup di zaman sekarang keras bung!

Kelima, jangan jadikan generasi alpha, khususnya di Belitung ini, sebagai penikmat teknologi saja, mengikuti gaya generasi sebelumnya baik generasi milenial ataupun generasi X tanpa ada suatu karya yang dibuat. Hilangkanlah mental kelompok untuk generasi alpha ini. Mari kita persiapkan generasi alpha yang unggul dengan kemampuan Bahasa yang bagus, skill komputer yang tinggi, dan mental yang kuat. Pada akhirnya, generasi alpha dituntut untuk menjadi generasi yang mumpuni dimasa depan untuk bersaing secara global.

Perlu digaris bawahi bahwa konsep generasi ini masih menimbulkan pro dan kontra dalam memberikan label pada satu kelompok umur, karena tidak semua orang memiliki karakter yang sama walau konteks event dan sejarahnya sama. Banyak sekarang malah baby boomers dan gen X ikut-ikutan narsis melalui akun facebook dan IG mereka melebihi generasi milenial dan alpha.

Pemberian label nama generasi ini semata-mata untuk keperluan pemasaran yang relevan sesuai dengan fase kehidupan mereka. Setelah generasi alpha kemungkinan besar ada nama-nama generasi baru lagi yang muncul sesuai dengan lingkungan yang mereka jalani. Walau pemberian label ini sebetulnya tidak penting, akan tetapi, di Indonesia label ini menjadi penting dilihat dari fenomena saat ini. Semoga kita selalu menjadi generasi yang lebih kritis berpikir, lebih baik dan lebih maju.

 

This is an open access article distributed under Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *